ECONOMIC VALUE ADDED
A.
Pengertian Economic Value Added (EVA)
Gagasan mengenai EVA telah lama ada. Pada tahun 1920-an, Alfred Stern
melaksanakan sisitem seperti EVA (mengurangi biaya modal dari laba yang
diperoleh) untuk divisi operasi general motors. Perusahaan Jepang Matsushita
menciptakan sistem serupa pada tahun 1950-an. Pada zaman itu, orang menamainya
dengan pendapatan residual (residual income) atau laba ekonomis (economic
profit).
Istilah EVA belum tercipta (Young
& O′Byrne,2001:94), konsep EVA pertama kali diperkenalkan oleh Geoege
bennet stewart, salah seorang managing partner dari sebuah perusahaan konsultan
manajemen terkemuka yaitu Stern Stewart & Company yang berkantor pusat di
New York, dalam bukunya yang berjudul “The Quest For Value” pada tahun
1980.
Perusahaan pertama yang sukses
menerapkan EVA
adalah The Coca
Cola Company pada tahun 1990, yang merupakan klien Stern Stewart & Co.
berkat penerapan EVA, perusahaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi operasi,
sehingga harga sahamnya membumbung tinggi dari US$ 3 menjadi US$ 42 atau naik
sebesar 14 kali lipat. Tahun 1995 perusahaan SPX juga menerapkan EVA dan
hasilnya cukup mengagumkan. Perusahaan yang sebelumnya mengalami kinerja buruk
selama bertahun-tahun dengan laba rendah dan harga saham lesu, berubah menjadi
pencipta nilai yang tinggi. Tahun 1996 perusahaan tersebut berhasil
mencetak EVA sebesar US$ 27 juta, kemudian pada tahun 1998 EVA meningkat
menjadi US$ 60 dan tahun 1999 naik lagi menjadi US$ 130. Perusahaan ini
berhasil memperbaiki kinerjanya dengan menerapkan konsep EVA, dengan melakukan
serangkaian tindakan yang seluruhnya memiliki satu tujuan yaitu menciptakan
nilai pemegang saham.
Economic Value Added (EVA) banyak
diterapkan oleh perusahaan di AS, beberapa diantaranya yaitu CSX, Briggs &
Stratton, AT&T, dan Quaker Qats (Nasser,2003:25). Di Indonesia konsep
EVA ini juga sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan umtuk menilai
kinerja manajemennya. Perusahaan yang pertama kali menerapkan EVA di Indonesia
adalah PT. United Tractors,Tbk pada tahun 1996.
Defenisi EVA menurut Brigham &
Houstan (2006:68), EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada
pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA mencerminkan laba residu yang
tersisa setelah biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas dikurangkan.
Hal ini senada dengan pendapat Endri (2005:157) yang mendefenisikan EVA sebagai
sisa laba (residual income) setelah semua penyedia kapital diberi kompensasi
yang sesuai dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua
biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dibebankan.
Menurut Warsono (2003:48),
EVA adalah perbedaan antara laba
operasi setelah dengan biaya modalnya. Jadi, EVA suatu estimasi laba ekonomis
yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Dalam menghitung EVA ada
tiga variabel yang penting yaitu NOPAT (Net Operating Profit After Tax) atau
laba setelah pajak, Coc (Cost Of Capital) atau biaya modal dan EVA atau nilai
tambah ekonomis itu sandiri.
Perbedaan konsep ini dengan alat
ukur lain berbasis akuntansi adalah pada EVA, laba telah dikurangkan dengan
biaya modal. Sementara laba akuntansi hanya mengurangkan pendapatan dengan
biaya operasional sehingga dengan metode EVA diperoleh laba ekonomis yaitu laba
yang sebenarnya dari sebuah perusahaan setelah semua biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan laba dikurangkan. Defenisi laba ekonomis
menurut Young & O′Byrne (2001:95) adalah laba yang diperoleh dari suatu
tindakan ekonomis bertentangan dengan perspektif akuntansi yang mensyaratkan
sebuah perusahaan dapat menutup tidak hanya biaya operasi tetapi jugta
seluruh biaya modal. Biaya modal ini meliputi tidak hanya elemen-elemen yang
jelas, seperti pembayaran bunga kepada bankir dan pemegang obligasi, tetapi
juga kesempatan biaya modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham perusahaan.
Dengan demikian, perusahaan yang berlaba secara akuntansi belum tentu
memiliki nilai EVA yang positif.
Menurut Young dan O’Byrne (2001:17), pengertian EVA
adalah didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis, yang menyatakan bahwa
kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasional
dan modal. Dalam arti sempit ini, EVA benar-benar hanya merupakan cara
alternatif untuk menilai kinerja perusahaan.
Ide dasar dari Eva adalah pengemasan ulang dari
manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada.
Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuntungan
moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh manejer
perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah
memikirkan nya. EVA membantu para manejer untuk lebih memahami tujuan keuangan,
dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan
dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada
penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya
biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan
pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.
Economic value added (EVA) atau disebut juga dengan
nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh
pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil
mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang
saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur
modal yang ada (Widayanto, 1993;51).
Economic value added (EVA) adalah keuntungan operasi
setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk
menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil
penciptaan nilai (value) didalam
perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10).
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian economic value added (EVA) adalah keuntungan
operasi setelah pajak, dikurangi biaya modal yang yang di gunakan untuk menilai
kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para
pemegang saham dan krditur. Economic value added (EVA) merupakan merupakan perangkat finansial untuk mengukur
keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan economic value added
(EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainya. Perbedaan
tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan pendekatan economic
value added (EVA) di libatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih,
dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai
economic value added (EVA) akan naik terus menerus, karena economic value added
(EVA) adalah tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa cara
untuk meningkatkan nilai economic value added (EVA) perusahaan yaitu
(Widayanto, 1993:32-33):
1) Meningkatkan
keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2) Menurangi pemakaian
modal.
3) Melakukan
investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis
dalam industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan tahin-tahun
sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba yang
dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata-rata tertimbang.
Metode economic value added
(EVA) sebagai alat ukur kinerja perusahaan konsep economic value added (EVA) ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti
laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis
yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi
pihak kreditur dan penyediaan dana dalam menentukan hubungannya dengan
perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan dengan metode
economic value added (EVA) seringkali digunakan untuk pengendalian serta
sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan-keputusan
strategi.
EVA dilandasi pada konsep bahwa
dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus adil dengan mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyandang dana (kreditur
dan pemegang saham). Young dan O’Bryne (2001:32) memformulasikan EVA sebagai
berikut:
EVA = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya
modal
NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan
– Pembebasan pajak atas bunga
Biaya Modal = Modal yang diinvestasikan x Biaya modal rata-rata tertimbang
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa EVA merupakan sisa laba setelah penyedia modal memberikan
kompensasi sesuai tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya
modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT).
Biaya modal adalah biaya bunga
pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang
dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital = WACC).
EVA yang positif menunjukkan
bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi
pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai
akibat penurunan dari tingkat pengembalian investasi.
B.
Manfaat
EVA
Manfaat dari penerapan EVA antara lain (Utama, 1997; 12)
:
1) Dapat digunakan
sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value
creation).
2) Dapat
meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan
nilai perusahaan serta nilai pemegang saham.
3) Dapat membuat
para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu
memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan
tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
4) EVA membuat
para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai
dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria
maksimum nilai perusahaan.
5) EVA menyebabkan
perusahan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya.
6) Dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih
tinggi, daripada biaya modalnya.
Konsep EVA tidak hanya digunakan dalam penilaian suatu
investasi saja, tetapi juga berperan dalam hal goal setting, capital
budgeting, performance assessment, dan incentive compensation.
1)
EVA
dan Goal setting
Fokus perusahaan untuk mengejar laba sebesar-besarnya
hanyalah tujuan jangka pendek saja. Tetapi tujuan maksimalisasi nilai EVA adalah
untuk jangka panjang. Hal ini perlu dikomunikasikan sejak awal kepada
manajemen, sehingga para manajer terhindar dari myopic behaviour dan
menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar.
Lewat komunikasi ini dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang
menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai bagi
perusahaan.
2)
EVA
dan Capital bugeting
Konsep EVA dalam hal investasi mempunyai prinsip yang sama
dengan Net Present Value (NPV). Net Present Value juga dapat diperoleh dari
jumlah nilai sekarang dari EVA yang dihasilkan oleh setiap proyak dimana biaya
modal baru yang digunakan untuk membiayai sebuah proyek dikurangkandari
perhitungan awal EVA. Pedoman EVA untuk capital budgeting adalah menerima
proyek atau peluang investasi yang menghasilkan positive discounted EVA
dan menolak proyek yang menghasilkan negative discounted EVA. Proyek dengan
positive discounted EVA akan menambah nilai, demikian sebaliknya proyek
dengan negative discounted EVA akan merusak atau mengurangi nilai sebuah
perusahaan.
3)
EVA
dan performance assessment
Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan
memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan
sehari-hari. Manajemen cendrung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi
atau tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik.
Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of
interest antara pemilik dan manajemen dimana manajemen cendrung menginginkan
maksimalisasi nilai perusahaan untuk mengurangi atau memperkecil biaya
yang timbul karena perbedaan kepentingan pemilik dengan manajemen, maka
dibentuklah suatu sistem performance assessment yang memberikan insentif pada
strategi atau tindakan manajemen yang menambah nilai, bukan sekedar laba yang
tinggi, yang bisa saja terjadi karena penggunaan metode akuntansi yang berbeda.
Pedoman yang digunakan untuk mengukur nilai tambah perusahaan adalah EVA.
4) EVA dan Incentive compensation
Pada perusahaan besar yang kepemikikannya tersebar ke banyak
pemegang saham dan tujuan perusahaan adalah value building, sistem pemberian
insentif atau penggajian seharusnya ditujukan untuk mendorong aktivitas yang
menambah nili perusahaan yaitu insentif atau bonus diberikan. Pada individu
yang strategi atau tindakannya menambah nilai perusahaan. Sistem kompensasi
yang berpedoman pada pengukuran akuntansi mempunyai kelemahan yaitu karena
adanya hubungan yang semu antara laba buku dan kehidupan ekonomis suatu
perusahaan. Manajemen akan mengambil tindakan atau strategi yang meningkatkan
laba dan tentu akan meningkatkan gaji mereka, tetapi menumbuhkan nilai
keseluruhan suatu perusahaan.
C.
Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Kegunaan model EVA membuat
perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perushaan,
sebab inilah salah satu fungsi penggunaan EVA.
Kelebihan
lain dari EVA yang diungkapkan oleh Mirza (1997) (dalam Mulia 2002: 134):
1)
EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai risiko investasi.
2)
EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan
data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep
analisis rasio keuangan.
3)
Konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan
memperhatikan harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya
dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) struktur modal yang ada dan
berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.
4)
Penerapan konsep EVA yang praktis merupakan salah
satu bahan pertimbangan bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan
kebijaksanaan permodalan.
5)
EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian
bonus pada karyawan
6)
Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar
dari unit usaha yang mempunyai negative value added.
Sehingga dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu
metode penilaian yang akurat dan komperhensif mampu memberikan penilaian secara
wajar atas kondisi suatu perusahaan.
Melihat berbagai kelebihan EVA, ternyata juga
mempunyai kelemahan-kelemahan yang diungkapkan Mirza (1997) (dalam Mulia 2002:
134) sebagai berikut:
1) EVA hanya
mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak megukur aktivitas penentu
seperti loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan.
2) EVA
terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor mengandalkan pendekatan
fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli
saham tertentu.
3) Konsep ini sangat tergantung pada transnparansi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat.
Walaupun
terdapat kelemahan, EVA tetap berguna untuk dijadikan acuan. Mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapan investor terhadap
investasi mereka. Pengambilan dari suatu investasi baru akan berarti apabila
besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk
mewujudkan investasi tersebut.
D. Strategi
Meningkatkan EVA
Menurut
Amrullah yang dikutip oleh Sofiarini (2004: 14) ada beberapa strategi untuk
meningkatkan EVA:
1) Strategi penciptaan nilai dengan
mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth). Hal ini bisa dicapai
dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat
pengembalian tinggi.
2) Strategi penciptaan nilai dengan
meningkatkan efisiensi operasi dalam hal ini menaikkan keuntungan tanpa
menggunakan tambahan modal.
3) Strategi penciptaan nilai dengan
rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and
exit unrewording business).Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif
dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan tingkat pengembalian yang
rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.
E. Langkah-langkah Menentukan EVA
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut
(Rousana, dikutip oleh sofiarini 2004: 17):
1)
Menghitung biaya utang (Cost of Debt)
2)
Menghitung biaya laba ditahan (Cost of Equity)
3)
Menghitung
struktur permodalan dari neraca.
Struktur modal biasanya
terdiri dari utang dan ekuitas,sehingga dicari:
Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal
Komposisi ekuitas = rasio
modal saham terhadap jumlah modal
4)
Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
5)
Menghitung EVA
EVA =
laba operasi bersih sesudah pajak –
Biaya modal.
F.
Metodologi
Perhitungan Economic Value Added
Langkah-langkah
perhitungan EVA sebagai berikut :
1)
NOPAT
(Net Operating Profit After Taxes)
Pada
perhitungan EVA, komponen pertama yang harus diketahui adalah NOPAT yang
diperoleh perusahaan. Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah
laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki
utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Sartono (2001:100). NOPAT sama
dengan Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) dikali dengan selisih
satu dengan pajak perusahaan.
NOPAT
didefenisikan sebagai berikut :
NOPAT
= EBIT (1-pajak perusahaan)
2)
Modal
operasi atau operating capital
Modal
operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari utang, saham
preferen, dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan asset operasi bersih
(Net Operating Asset) yaitu modal kerja operasi bersih ditambah investasi
pabrik dan peralatan bersih.
Menurut
Sartono (2001:99) Modal kerja operasi bersih sama dengan semua aset
lancar yang tidak memberikan bunga dikurang semua utang lancar yang tidak
mensyaratkan bunga.
Modal
kerja operasi bersih di defenisikan sebagai berikut :
Modal
kerja operasi bersih = (kas + piutang dagang + persediaan) – (utang
dagang + akrual)
Total
modal operasi sama dengan modal kerja operasi bersih di tambah aset tetap
bersih atau investasi pabrik dan peralatan bersih.
Total
modal operasi di defenisikan sebagai berikut :
Total
modal operasi = modal kerja operasi bersih + aset tetap bersih
3)
Biaya
modal setelah pajak
Biaya
modal setelah pajak dapat dihitung berdarsarkan biaya untuk masing-masing
sumber dana yang disebut biaya modal individual. Biaya modal individual
tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun, apabila
perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah
biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost Of Capital
disingkat WACC). (Martono & Harjito, 2001 : 202)
Menurut
Tunggal (2001 : 29), rumus yang digunakan untuk mencari WACC adalah :
debt
equity
WACC
= ------------------------ × cost of debt (1-T) +
---------------------- × cost of equity
debt+ equity debt
debt +equity
Biaya modal yang digunakan, baik
untuk perusahaan maupun proyek khusus adalah biaya modal rata-rata tertimbang
ini mempunyai beberapa komponen : biaya utang (cost of debt), biaya saham
preferen (cost of prefered stock), dan biaya ekuitas biasa (cost of common
equity). Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan
menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau disebut biaya modal saham
biasa saja. Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang
dikehendaki karena adanya risiko kredit (credit risk) yaitu risiko
perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayarab bunga dan pokok hutang. Biaya
saham preferen (cost of prefered stock) yaitu biaya atas penggunaan dana
yang digunakan untuk investasi yang dilakukan perusahaan yang berasal dari saham
preferen. Biaya ekuitas (cost of equity) yaitu tingkat pengembalian yang
dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba.
Menurut
Warsono (2003 : 146), ada tiga pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan
ini nyaris sama dengan perhitungan biaya saham biasa. Dalam penerapannya
mungkin saja menghasilkan laba ditahan yang berbeda karena menggunakan dasar
dan asumsi yang berbeda. Maka dicarilah hasil perhitungan rata-ratanya
a.
Model
Arus Diskonto
D0
Ks = ----- + g
P1
Keterangan
:
Ks
= Biaya laba ditahan
D1
= Dividen yang diharapkan pada tahun pertama
P0
= Harga pasar saham biasa perusahaan
g
= Tingkat pertumbuhan dividen tahunan
b.
CAPM
(Capital Asset Pricing Model)
Ks
= Rf + {(Rm – Rf) × β}
Keterangan
:
Ks
= Biaya laba ditahan
Rf
= Tingkat pengembalian bebas risiko
Rm
= Tingkat pengembalian pasar
β
= Pengukur risiko sistematis saham
c.
Model
Premi Risiko
Ks
= Ki + Rp
Keterangan
:
Ks
= Biaya laba ditahan
Ki
= Biaya utang setelah pajak
Rp
= Risk Premium/Premi risiko
d.
EVA
= Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal setelah pajak yang
diperlukan untuk mendukung operasi
= EBIT (1-pajak perusahaan) – (Modal operasi) (Biaya modal setelah
pajak)
EVA
didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis yang menyatakan bahwa kekayaan
hanya diciptakan ketika perusahaan meliputi biaya operasional dan biaya modal.
Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah
G. Ukuran
Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA
Dalam EVA,
penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:
1)
Jika EVA > 0, maka kinerja
keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan bisa menambah nilai
bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak mendapat bonus, kreditur tetap mendapat
bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari
yang ditanam.
2)
Jika EVA = 0, maka secara ekonomis
“impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang
dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapat
bonus hanya gaji.
3)
Jika EVA < 0, maka kinerja
keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat, karena perusahaan tidak
bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini karyawan tidak bisa mendapatkan
bonus hanya saja kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham tidak mendapat
pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam.
Kabar baik!! pencari pinjaman !!!
BalasHapusNama saya Alfred Daniel Nehemia dari bali Indonesia, roti CEO Daniel Bakery, Pertama-tama saya akan mengatakan bahwa Tuhan harus memberkati Lady jane karena mengenalkan saya kepada perusahaan pinjaman yang jujur dan halal sehingga saya benar-benar percaya bahwa Anda memberi tahu rekan kerja bahwa saya mempunyai Ide bagus untuk memulai bisnis sendiri karena mendapat pekerjaan tidak mudah jadi saya pergi ke bank untuk mendapatkan pinjaman (Rp800 juta) tapi mereka semua meminta uang muka sebesar jumlah pinjaman saya tapi satu-satunya properti yang saya miliki adalah motor. Sepeda, yang membuat saya merasa kecewa
Jadi saya mencari perusahaan pinjaman online tapi kebanyakan menipu dan menipu, saya hampir kehilangan harapan dan kepercayaan diri sampai saya membaca artikel tentang lady jane tapi saya tidak sempat menutup tapi membaca artikelnya jadi saya mencoba pencarian online lain yang disebut craigslist. org dimana saya melihat iklan perusahaan Dangote Loan jadi saya memutuskan untuk melamar dan menghubungi lady jane juga
Dangote Loan Company memberikan pinjaman dengan tingkat suku bunga 2% dan tidak kurang dari Rp20 juta
Saya mengikuti prosedur di sana, memberikan semua yang diminta, saya juga sangat takut, tapi untuk kemuliaan tuhan, doaku dijawab dan uang pinjaman saya ditransfer ke saya tanpa masalah.
jadi jangan buang waktu anda kontak Dangote perusahaan pinjaman Via dangotegrouploandepartment@gmail.com
Anda juga bisa mencari di google untuk informasi lebih lanjut, ini nyata dan sangat nyata atau hubungi saya juga melalui email di alfreddaniel324@gmail.com dan juga di BBM: 7AEA8FA5
Jika bank Anda mengatakan tidak kepada Anda untuk pinjaman, ada tempat otentik di mana Anda bisa mendapatkan pinjaman asli. Saya ingin mendapatkan pinjaman institusi yang saya temukan online untuk semua saudara dan saudari Muslim yang mencari pinjaman cepat untuk dengan cepat menyelesaikan masalah yang diinginkan. Saya mendapat pinjaman Rp.700.000.000. dari ibu KARINA ROLAND LOAN COMPANY yang saya gunakan untuk merenovasi rumah sakit saya dan untuk melengkapi bisnis saya. Saya mendapat pinjaman dari mereka beberapa bulan yang lalu. Saya meminjam dari mereka karena ada banyak perusahaan pinjaman palsu online. Saya juga memperkenalkan saudara saya yang juga mendapat pinjaman sebesar Rp. 500.000.000 PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND. Sebelum saya menghubungi mereka untuk pinjaman, saya juga melakukan banyak penelitian tentang mereka dan menemukan mereka benar-benar asli. Mereka tidak seperti perusahaan pinjaman barat yang palsu. Jadi saya meminta pinjaman tanpa jaminan dengan mereka. Mereka memberikan pinjaman sesuai dengan hukum dan peraturan Islam. Tidak Perlu Jaminan. Tidak ada biaya tersembunyi. Mereka meminjamkan proses yang cepat dan sederhana. Tetapi Anda harus bisa menyetujuinya. dan Anda juga harus membayar kembali pinjaman mereka pada waktunya. Saya ingin meminta semua Muslim sejati dan tidak ada muslim untuk menghubungi ibu karina yang baik di email atau whatsapp: +15857083478 (karinarolandloancompany@gmail.com) Anda dapat menghubungi saya untuk meminta nasihat juga melalui email (nurraysadiena@gmail.com)
BalasHapus