Senin, 15 Februari 2016

ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)



ECONOMIC VALUE ADDED

A.  Pengertian Economic Value Added (EVA)
Gagasan mengenai EVA telah lama  ada. Pada tahun 1920-an, Alfred Stern melaksanakan sisitem seperti EVA (mengurangi biaya modal dari laba yang diperoleh) untuk divisi operasi general motors. Perusahaan Jepang Matsushita menciptakan sistem serupa pada tahun 1950-an. Pada zaman itu, orang menamainya dengan pendapatan residual (residual income) atau laba ekonomis (economic profit).
Istilah EVA belum tercipta (Young & O′Byrne,2001:94), konsep EVA pertama kali diperkenalkan oleh Geoege bennet stewart, salah seorang managing partner dari sebuah perusahaan konsultan manajemen terkemuka yaitu Stern Stewart & Company yang berkantor pusat di New York, dalam bukunya yang berjudul “The Quest For Value” pada tahun 1980. 
Perusahaan pertama yang sukses menerapkan EVA adalah The Coca Cola Company pada tahun 1990, yang merupakan klien Stern Stewart & Co. berkat penerapan EVA, perusahaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi operasi, sehingga harga sahamnya membumbung tinggi dari US$ 3 menjadi US$ 42 atau naik sebesar 14 kali lipat. Tahun 1995  perusahaan SPX juga menerapkan EVA dan hasilnya cukup mengagumkan. Perusahaan yang sebelumnya mengalami kinerja buruk selama bertahun-tahun dengan laba rendah dan harga saham lesu, berubah menjadi pencipta nilai yang  tinggi. Tahun 1996 perusahaan tersebut berhasil mencetak EVA sebesar US$ 27 juta, kemudian pada tahun 1998 EVA meningkat menjadi US$ 60 dan tahun 1999 naik lagi menjadi US$ 130. Perusahaan ini berhasil memperbaiki kinerjanya dengan menerapkan konsep EVA, dengan melakukan serangkaian tindakan yang seluruhnya memiliki satu tujuan yaitu menciptakan nilai pemegang saham.
Economic Value Added (EVA) banyak diterapkan oleh perusahaan di AS, beberapa diantaranya yaitu CSX, Briggs & Stratton, AT&T, dan Quaker Qats (Nasser,2003:25). Di Indonesia konsep  EVA ini juga sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan umtuk menilai kinerja manajemennya. Perusahaan yang pertama kali menerapkan EVA di Indonesia adalah PT. United Tractors,Tbk pada tahun 1996.
Defenisi EVA menurut Brigham & Houstan (2006:68), EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas dikurangkan. Hal ini senada dengan pendapat Endri (2005:157) yang mendefenisikan EVA sebagai sisa laba (residual income) setelah semua penyedia kapital diberi kompensasi yang sesuai dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dibebankan. Menurut Warsono (2003:48),
EVA adalah perbedaan antara laba operasi setelah dengan biaya modalnya. Jadi, EVA suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Dalam menghitung EVA ada tiga variabel yang penting yaitu NOPAT (Net Operating Profit After Tax) atau laba setelah pajak, Coc (Cost Of Capital) atau biaya modal dan EVA atau nilai tambah ekonomis itu sandiri. 
Perbedaan konsep ini dengan alat ukur lain berbasis akuntansi adalah pada EVA, laba telah dikurangkan dengan biaya modal. Sementara laba akuntansi hanya mengurangkan pendapatan dengan biaya operasional sehingga dengan metode EVA diperoleh laba ekonomis yaitu laba yang sebenarnya dari sebuah perusahaan setelah semua biaya yang  dikeluarkan untuk mendapatkan laba dikurangkan. Defenisi laba ekonomis menurut Young & O′Byrne (2001:95) adalah laba yang diperoleh dari suatu tindakan ekonomis bertentangan dengan perspektif akuntansi yang mensyaratkan  sebuah perusahaan dapat menutup tidak hanya biaya operasi tetapi jugta seluruh biaya modal. Biaya modal ini meliputi tidak hanya elemen-elemen yang jelas, seperti pembayaran bunga kepada bankir dan pemegang obligasi, tetapi juga kesempatan biaya modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham perusahaan. Dengan  demikian, perusahaan yang berlaba secara akuntansi belum tentu memiliki nilai EVA yang positif. 
Menurut Young dan O’Byrne (2001:17), pengertian EVA adalah didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis, yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasional dan modal. Dalam arti sempit ini, EVA benar-benar hanya merupakan cara alternatif untuk menilai kinerja perusahaan.
Ide dasar dari Eva adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh manejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkan nya. EVA membantu para manejer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.
Economic value added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada (Widayanto, 1993;51).
Economic value added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10).
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian economic value added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak, dikurangi biaya modal yang yang di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan krditur. Economic value added (EVA) merupakan  merupakan perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan economic value added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan pendekatan economic value added (EVA) di libatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai economic value added (EVA) akan naik terus menerus, karena economic value added (EVA) adalah tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai economic value added (EVA) perusahaan yaitu (Widayanto, 1993:32-33):
1)      Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2)      Menurangi pemakaian modal.
3)      Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan tahin-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba yang dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata-rata tertimbang.
Metode economic value added (EVA) sebagai alat ukur kinerja perusahaan konsep economic value added (EVA) ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyediaan dana dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan dengan metode economic value added (EVA) seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan-keputusan strategi.
EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus adil dengan mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Young dan O’Bryne (2001:32) memformulasikan EVA sebagai berikut:
EVA                   = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal
NOPAT              = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan – Pembebasan pajak    atas bunga
Biaya Modal      = Modal yang diinvestasikan x Biaya modal rata-rata tertimbang
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan sisa laba setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT).
Biaya modal adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC).
EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat penurunan dari tingkat pengembalian investasi.
B.   Manfaat EVA
Manfaat dari penerapan EVA antara lain (Utama, 1997; 12) :
1)      Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation).
2)      Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham.
3)      Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
4)      EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan.
5)      EVA menyebabkan perusahan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya.
6)      Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi, daripada biaya modalnya.
Konsep EVA tidak hanya digunakan dalam penilaian suatu investasi saja, tetapi juga berperan dalam hal  goal setting, capital budgeting, performance assessment, dan incentive compensation. 
1)         EVA dan Goal setting 
Fokus perusahaan untuk mengejar laba sebesar-besarnya hanyalah tujuan jangka pendek saja. Tetapi tujuan maksimalisasi nilai EVA adalah untuk jangka panjang. Hal ini perlu dikomunikasikan sejak awal kepada manajemen, sehingga para manajer terhindar dari  myopic behaviour dan menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar. Lewat komunikasi ini dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai bagi perusahaan. 
2)         EVA dan Capital bugeting 
Konsep EVA dalam hal investasi mempunyai prinsip yang sama dengan Net Present Value (NPV). Net Present Value juga dapat diperoleh dari jumlah nilai sekarang dari EVA yang dihasilkan oleh setiap proyak dimana biaya modal baru yang digunakan untuk membiayai sebuah proyek dikurangkandari perhitungan awal EVA. Pedoman EVA untuk  capital budgeting adalah menerima proyek atau peluang investasi yang menghasilkan  positive discounted EVA dan menolak proyek yang menghasilkan negative discounted EVA. Proyek dengan  positive discounted EVA akan menambah nilai, demikian sebaliknya proyek dengan negative discounted EVA akan merusak atau mengurangi nilai sebuah perusahaan. 
3)      EVA dan performance assessment 
Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari. Manajemen cendrung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi atau tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik. Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of interest antara pemilik dan manajemen dimana manajemen cendrung menginginkan maksimalisasi nilai perusahaan  untuk mengurangi atau memperkecil biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan pemilik dengan manajemen, maka dibentuklah suatu sistem performance assessment yang memberikan insentif pada strategi atau tindakan manajemen yang menambah nilai, bukan sekedar laba yang tinggi, yang bisa saja terjadi karena penggunaan metode akuntansi yang berbeda. Pedoman yang digunakan untuk mengukur nilai tambah perusahaan adalah EVA. 
4)      EVA dan Incentive compensation 
Pada perusahaan besar yang kepemikikannya tersebar ke banyak pemegang saham dan tujuan perusahaan adalah value building, sistem pemberian insentif atau penggajian seharusnya ditujukan untuk mendorong aktivitas yang menambah nili perusahaan yaitu insentif atau bonus diberikan. Pada individu yang strategi atau tindakannya menambah nilai perusahaan. Sistem kompensasi yang berpedoman pada pengukuran akuntansi mempunyai kelemahan yaitu karena adanya hubungan yang semu antara laba buku dan kehidupan ekonomis suatu perusahaan. Manajemen akan mengambil tindakan atau strategi yang meningkatkan laba dan tentu akan meningkatkan gaji mereka, tetapi menumbuhkan nilai keseluruhan suatu perusahaan. 


C.    Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
      Kegunaan model EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perushaan, sebab inilah salah satu fungsi penggunaan EVA.
Kelebihan lain dari EVA yang diungkapkan oleh Mirza (1997) (dalam Mulia 2002: 134):
1)      EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai risiko investasi.
2)      EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep analisis rasio keuangan.
3)      Konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan memperhatikan harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.
4)      Penerapan konsep EVA yang praktis merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan permodalan.
5)      EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada karyawan
6)      Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari unit usaha yang mempunyai negative value added.
         Sehingga dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu metode penilaian yang akurat dan komperhensif mampu memberikan penilaian secara wajar atas kondisi suatu perusahaan.
Melihat berbagai kelebihan EVA, ternyata juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang diungkapkan Mirza (1997) (dalam Mulia 2002: 134) sebagai berikut:
1)      EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak megukur aktivitas penentu seperti loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan.
2)      EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu.
3)      Konsep ini sangat tergantung pada transnparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat.
              Walaupun terdapat kelemahan, EVA tetap berguna untuk dijadikan acuan. Mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapan investor terhadap investasi mereka. Pengambilan dari suatu investasi baru akan berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk mewujudkan investasi tersebut.

D. Strategi Meningkatkan EVA
Menurut Amrullah yang dikutip oleh Sofiarini (2004: 14) ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA:
1)      Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth). Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
2)      Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.
3)      Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewording business).Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

E. Langkah-langkah Menentukan EVA
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut (Rousana, dikutip oleh sofiarini 2004: 17):
1)      Menghitung biaya utang (Cost of Debt)
2)      Menghitung biaya laba ditahan (Cost of Equity)
3)      Menghitung struktur permodalan dari neraca.
                  Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas,sehingga dicari:
                  Komposisi utang    = rasio utang terhadap jumlah modal
                  Komposisi ekuitas = rasio modal saham terhadap jumlah modal
4)      Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
5)      Menghitung EVA
            EVA = laba operasi bersih sesudah pajak  – Biaya modal.

F.    Metodologi Perhitungan Economic Value Added 
Langkah-langkah perhitungan EVA sebagai berikut : 
1)      NOPAT (Net Operating Profit After Taxes) 
Pada perhitungan EVA, komponen pertama yang harus diketahui adalah NOPAT yang diperoleh perusahaan. Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Sartono (2001:100). NOPAT sama dengan  Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) dikali dengan selisih satu dengan pajak perusahaan.
NOPAT didefenisikan sebagai berikut : 
NOPAT = EBIT (1-pajak perusahaan) 
2)      Modal operasi atau operating capital  
Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan asset operasi bersih  (Net Operating Asset) yaitu modal kerja operasi bersih ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih.
Menurut Sartono (2001:99)  Modal kerja operasi bersih sama  dengan semua aset lancar yang tidak memberikan bunga dikurang semua utang lancar yang tidak mensyaratkan bunga. 
Modal kerja operasi bersih di defenisikan sebagai berikut : 
Modal kerja operasi bersih = (kas +  piutang dagang + persediaan) – (utang dagang + akrual) 
Total modal operasi sama dengan modal kerja operasi bersih di tambah aset tetap bersih atau investasi pabrik dan peralatan bersih. 
Total modal operasi di defenisikan sebagai berikut : 
Total modal operasi = modal kerja operasi bersih + aset tetap bersih 
3)      Biaya modal setelah pajak
Biaya modal setelah pajak dapat dihitung berdarsarkan biaya untuk masing-masing sumber dana yang disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun, apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya  modal rata-rata tertimbang  (Weighted Average Cost Of Capital disingkat WACC). (Martono & Harjito, 2001 : 202)
Menurut Tunggal (2001 : 29), rumus yang digunakan untuk mencari WACC adalah : 
                  debt                                                                     equity
WACC = ------------------------  × cost of debt (1-T) +  ----------------------  × cost of equity 
                 debt+ equity debt                                                debt +equity
Biaya modal yang digunakan, baik untuk perusahaan maupun proyek khusus adalah biaya modal rata-rata tertimbang ini mempunyai beberapa komponen : biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of prefered stock), dan biaya ekuitas biasa (cost of common equity). Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau  sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya hutang  (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya risiko kredit  (credit risk) yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayarab bunga dan pokok hutang. Biaya saham preferen  (cost of prefered stock) yaitu biaya atas penggunaan dana yang digunakan untuk investasi yang dilakukan perusahaan yang berasal dari saham preferen. Biaya ekuitas (cost of equity) yaitu tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba.
Menurut Warsono (2003 : 146), ada tiga pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan ini nyaris sama dengan perhitungan biaya saham biasa. Dalam penerapannya mungkin saja menghasilkan laba ditahan yang berbeda karena menggunakan dasar dan asumsi yang berbeda. Maka dicarilah hasil perhitungan rata-ratanya
a.       Model Arus Diskonto 
                        D0
Ks = -----   + g
                        P1
Keterangan : 
Ks = Biaya laba ditahan  
D1  = Dividen yang diharapkan pada tahun pertama 
P0  = Harga pasar saham biasa perusahaan 
 g   = Tingkat pertumbuhan dividen tahunan 
b.      CAPM (Capital Asset Pricing Model) 
Ks = Rf + {(Rm – Rf) × β} 
Keterangan : 
Ks = Biaya laba ditahan 
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko 
Rm = Tingkat pengembalian pasar 
β    = Pengukur risiko sistematis saham 

c.       Model Premi Risiko   
Ks = Ki + Rp 
Keterangan : 
Ks = Biaya laba ditahan 
Ki = Biaya utang setelah pajak 
Rp = Risk Premium/Premi risiko 

d.      EVA = Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi 
             = EBIT (1-pajak perusahaan) – (Modal operasi) (Biaya modal setelah pajak)
EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika perusahaan meliputi biaya operasional dan biaya modal. Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah
G. Ukuran Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA
Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:
1)     Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan bisa menambah nilai bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak mendapat bonus, kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam.
2)     Jika EVA = 0, maka secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapat bonus hanya gaji.
3)     Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat, karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini karyawan tidak bisa mendapatkan bonus hanya saja kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham tidak mendapat pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam.




2 komentar:

  1. Kabar baik!! pencari pinjaman !!!

    Nama saya Alfred Daniel Nehemia dari bali Indonesia, roti CEO Daniel Bakery, Pertama-tama saya akan mengatakan bahwa Tuhan harus memberkati Lady jane karena mengenalkan saya kepada perusahaan pinjaman yang jujur ​​dan halal sehingga saya benar-benar percaya bahwa Anda memberi tahu rekan kerja bahwa saya mempunyai Ide bagus untuk memulai bisnis sendiri karena mendapat pekerjaan tidak mudah jadi saya pergi ke bank untuk mendapatkan pinjaman (Rp800 juta) tapi mereka semua meminta uang muka sebesar jumlah pinjaman saya tapi satu-satunya properti yang saya miliki adalah motor. Sepeda, yang membuat saya merasa kecewa
    Jadi saya mencari perusahaan pinjaman online tapi kebanyakan menipu dan menipu, saya hampir kehilangan harapan dan kepercayaan diri sampai saya membaca artikel tentang lady jane tapi saya tidak sempat menutup tapi membaca artikelnya jadi saya mencoba pencarian online lain yang disebut craigslist. org dimana saya melihat iklan perusahaan Dangote Loan jadi saya memutuskan untuk melamar dan menghubungi lady jane juga

    Dangote Loan Company memberikan pinjaman dengan tingkat suku bunga 2% dan tidak kurang dari Rp20 juta

    Saya mengikuti prosedur di sana, memberikan semua yang diminta, saya juga sangat takut, tapi untuk kemuliaan tuhan, doaku dijawab dan uang pinjaman saya ditransfer ke saya tanpa masalah.

    jadi jangan buang waktu anda kontak Dangote perusahaan pinjaman Via dangotegrouploandepartment@gmail.com

    Anda juga bisa mencari di google untuk informasi lebih lanjut, ini nyata dan sangat nyata atau hubungi saya juga melalui email di alfreddaniel324@gmail.com dan juga di BBM: 7AEA8FA5

    BalasHapus
  2. Jika bank Anda mengatakan tidak kepada Anda untuk pinjaman, ada tempat otentik di mana Anda bisa mendapatkan pinjaman asli. Saya ingin mendapatkan pinjaman institusi yang saya temukan online untuk semua saudara dan saudari Muslim yang mencari pinjaman cepat untuk dengan cepat menyelesaikan masalah yang diinginkan. Saya mendapat pinjaman Rp.700.000.000. dari ibu KARINA ROLAND LOAN COMPANY yang saya gunakan untuk merenovasi rumah sakit saya dan untuk melengkapi bisnis saya. Saya mendapat pinjaman dari mereka beberapa bulan yang lalu. Saya meminjam dari mereka karena ada banyak perusahaan pinjaman palsu online. Saya juga memperkenalkan saudara saya yang juga mendapat pinjaman sebesar Rp. 500.000.000 PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND. Sebelum saya menghubungi mereka untuk pinjaman, saya juga melakukan banyak penelitian tentang mereka dan menemukan mereka benar-benar asli. Mereka tidak seperti perusahaan pinjaman barat yang palsu. Jadi saya meminta pinjaman tanpa jaminan dengan mereka. Mereka memberikan pinjaman sesuai dengan hukum dan peraturan Islam. Tidak Perlu Jaminan. Tidak ada biaya tersembunyi. Mereka meminjamkan proses yang cepat dan sederhana. Tetapi Anda harus bisa menyetujuinya. dan Anda juga harus membayar kembali pinjaman mereka pada waktunya. Saya ingin meminta semua Muslim sejati dan tidak ada muslim untuk menghubungi ibu karina yang baik di email atau whatsapp: +15857083478 (karinarolandloancompany@gmail.com) Anda dapat menghubungi saya untuk meminta nasihat juga melalui email (nurraysadiena@gmail.com)

    BalasHapus

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adal...